Segelas Cokelat Panas






               Aku adalah Ego, yang menghabiskan waktu di tanah rantau. Jauh dari keluarga dan hidup sempurna. Aku selalu berjalan saat senja mulai jatuh, di Kota lahirku. Nada – nada nostalgia mengajakku bernyanyi. Menceritakan kembali kisah hidupku. Dari cinta kepadamu hingga Indonesia kita. Melewati batas sesal dan gundah akan hidup yang lebih baik. Tentang impian yang tersirat tapi belum tersurat. Tentang hati dan nalar yang selalu berdebat.

            Cokelat panas adalah kesukaanku. Ia adalah setia yang tak hilang oleh waktu. Ia adalah sahabat yang menemaniku menulis dari ufuk sampai senja. Ia menjadi inspirasi kala malam gelap meracuni hati. Ia adalah terang yang melindungi. Bandara, dermaga, stasiun adalah tempat aku berbagi, setelah kamu hilang. Ada beberapa sahabat datang jadi obat. Ada pula yang pergi hingga jadi jahat. Ada yang peduli, ada yang ingkar. Biar saja! Mereka Tak layak menjadi cahaya diantara redup. Apalagi aku! Untuk itu aku menulis sajak.
Sajakku tidak terlalu baik bertutur sapa. Ia hanya meresapi setiap peristiwa yang terjadi. Entah itu pertemuan ataupun perpisahan. Tak ada yang begitu menarik setelahnya. Sebab setiap kisah adalah sejarah. Hanya akan berlalu dan tersimpan sebagai catatan hidup yang dipertanggungjawabkan pada masa selanjutnya. Aku ingin menggaris bawahi jika setiap pertemuan adalah jalan menuju kehilangan, maka nikmatilah perjalanannya. Seperti segelas  cokelat panas yang kuseduh. Hanya untukku sendiri.
            Terkadang aku berfikir tentang alur kisahku ini. Jika setiap alur cerita adalah epik dan dinamika yang mengundang konflik. Maka aku adalah aktor utama dalam menciptakan polemik yang menjadi pelik. Tidak ada cinta yang lebih fenomenal selain kisah Ken Arok dan Ken Dedes yang penuh nafsu. Tidak ada yang menampik bahwa Romeo dan Juliet adalah kisah cinta sejati yang tidak berakhir rapi. Lalu bagaimana aku?
            Rupanya aku hanyalah imajinasi patah yang di belah – belah. Antara fakta dan hegemoni yang tenggelam bersama kisah. Tak tahu aku dimana hati bersembunyi. Logika dan nalar masih saja beradu kejantanan dalam diri. Mengungkap kecewa, menyurat sesal. Tuhan bersamaku petang ini. Ia berikan aku inspirasi untuk menulis, segala hal tentang hidup.
Ego, 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nilai Historis Tentang Peninggalan Sejarah Sebagai Cagar Budaya di Kota Binjai

Cerita Tentang Pinus.

Sebait Kisah Tentang Ayah(ku).