YURA PRAMESWARI (1)

Sedikit ku seruput sanger cokelat panas yang baru saja di antar oleh pelayan di meja nomor 10. Kunyalakan sebatang rokok dan berlalu dalam utak atik keyborad dengan mata tertuju penuh ke layar monitor. Jam baru saja beranjak dari angka satu. Suara hening mendekati sepetiga malam yang dingin. Kutulis semua cerita tentangmu yang perlahan datang untuk mewujudkan segala mimpi yang pernah sirna di terpa badai logika. Tentangmu yang seketika merekonstruksi ulang gerakan yang pernah ternoda dan tenggelam oleh drama pahit percintaan. Sebab, beberapa saat lalu logisku pecah dihantam kenyataan yang tak pernah ingin kudengar, bibirku mendadak beku oleh keadaan yang hangat. ----------------------------------------------------------------- “Yura?” kamu cantik, tapi aku tidak akan pernah mencintaimu. Untuk apa juga kan? Sebab aku tahu cintamu hanya untuk Dia. Lagipula aku siapa? hanya orang-orangan sawah yang telah usang dihantam usia yang tak lagi muda. Sengaja juga aku bilang ka...