Kita dan Harmoni
Tinggallah lelah, merebahku dalam kenangan masa perjuangan. Mengingat kembali langkah demi langkah menuju pulang. Kembali kerumah untuk berbagi bersama mereka yang tersayang. Membiarkan semua hegemoni berfantasi indah di ruang - ruang karya yang tercipta. Hingga terlelap dalam damai yang selama ini kucari.
kembali kerumah adalah
satu - satunya damai yang saat ini kucari. sebab, sepanjang perjalanan panjang
meraih mimpi. aku tidak benar - benar menemukan rumah untuk merebah diri,
beberapa diantaranya hanya persinggahan dengan jamuan hangat dan senyum
memikat. beberapa lagi menyeduhkan aku kopi hitam lekat yang sulit untuk
ditolak. aku hanya rindu sendiri, merawat diriku sendiri dalam impian - impian
kecil yang hampir tidak terjamah hati.
paling menyedihkan,
ketika aku kehilangan Tuhan dalam diri. arahku seringkali pecah dipersimpangan
antara nalar dan emosi yang tak terkendali. Atau beberapa surat yang berbalas
hening di layar monitorku. Aku masih sering hilang dalam ruang gerak yang
berarti. sering pula aku kalah dalam perebutan mutiara yang terhampar di ruang
- ruang koleksi.
ya! inilah aku yang
beberapa waktu keluar dari rumah dan zona nyaman, hanya untuk berarti.
Saat ini, hanya
kekuatan rindu yang menguatkan aku menulis sebuah kesimpulan dari perjuangan
panjang penuh dedikasi. Rindu yang akan selalu hadir dalam balutan tawa -
senyum - dan kegembiraan yang terpancar dari balik kesendirian. akupun
demikian, yang hanya bisa menikmati anugerah terindah Tuhan dari Wallpaper
pribadi.
Dan sekali lagi, alam
selalu menjadi pemutus rasa penasaran dengan kejutan - kejutan hebat yang tak
tertandingi. Menjadikannya sejarah yang abadi. Biarpun dalam beberapa momentum,
kehilangan menjadi alat tukar dari sebentuk hegemoni. Atau menjadi kebimbangan,
ketika lupa untuk pulang, karena rumah yang selama ini di tuju, telah terkunci
karena ulah diri sendiri. Sementara rumah yang di impikan sulit dimiliki karena
sudah terisi.
pilihan kemudian
dihadapkan untuk terus melangkah dan mencari, atau berdiam diri. Dan aku memilih
bertaruh atas nama harga diri. Memberanikan diri melangkah menuju rumahmu di
antara samar - samar senja yang mulai berganti. Aku memilih berlayar untuk
menemukan bukti, daripada harus mati sia - sia dalam penyesalah sebelum
berarti. Bukankah mati dalam perjuangan itu Syahid? jadi untuk apa pesimis,
berjuang saja! letakkan harap kepada Ia yang esa. Ia yang maha menjadikan ada
atau membuatnya tiada.
Rahayu!!!
Komentar
Posting Komentar