Sejarah Kota - Kota Kolonial di Sumatera Utara
Kota adalah daerah administratif
pemerintahan yang banyak rutinitas kegitan dan aktivitas kehidupan yang dapat
di bagi kedalam beberapa bentuk pemahaman, baik dari segi ekonomi, pendidikan,
sosial, ataupun sejarah. Kota juga
merupakan daerah padat penduduk dengan kemajemukan etnis, suku bangsa, agama,
dan adat istiadat yang didalamnya terdapat heterogenitas permasalahan yang
rumit, mulai dari masalah sosial, sistem pemerintahan, tata ruang dan tata
letak Kota, manajemen perekonomian, pendidikan, budaya, sampai kepada pemahaman
historisnya. Permasalahan tersebut muncul dan berkembang mengikuti pertumbuhan
dan perkembangan catatan sejarahnya.
Hal
serupa tentunya terjadi di Sumatera Utara yang merupakan salah satu provinsi
terbesar di pulau sumatera dan tentunya banyak menyimpan sejarah yang belum
terungkap. Salah satunya adalah mengenai penetapan hari jadi kota-kota besar di
Sumatera Utara yang masih menjadi perdebatan antara pemerintah dan sejarawan.
Disamping minimnya pengetahuan masyarakat tentang sejarah hari jadi kota yang
mereka tempati.
Sebelum
menjadi kota, daerahnya adalah kampung-kampung yang dikuasai oleh kepala adat
atau kesultanan-kesultanan melayu. Perkembangan pesisir timur pantai sumatera
juga turut mempengaruhi daerah tersebut hingga menjadi besar dan luas.
Perluasan daerah itu juga menciptakan datangnya etnis-etnis baru yang menempati
sehingga menciptakan keberagaman masyarakatnya.
Sebelum
membahas mengenai kota-kota kolonial tersebut, ada baiknya kita memahami dulu
defenisi kota menurut beberapa pandangan. Wiryomartono (1995:82) menjelaskan
defenisi Kota, yaitu;
“ Secara etimologik, kota bertolak dari daerah
permukiman yang terdefenisi oleh adanya dinding keliling. Dalam bahasa
Sanskerta daerah semacam ini disebut kuti. Dalam bahasa Jawa Kuno kuti bias
jadi disebut kuta atau kitha. Pengertian permukiman semacam ini dikenal dalam
tradisi Anglo-saxon sebagai town ”.
Hariyono
(2007:15) juga menjelaskan defenisi Kota sebagai berikut;
“ Kota adalah suatu kawasan yang biasanya memiliki
ciri-ciri; jumlah penduduk yang relatif padat dibanding dengan kawasan
sekitarnya, hubungan kekerabatan masyarakatnya longgar, penduduknya memiliki
berbagai ragam profesi yang bersifat nonagraris, terdapat berbagai macam
fasilitas umum yang relatif lebih beragam dan modern dibandingkan dengan daerah
sekitarnya. Penduduknya dalam bekerja menggunakan manajemen yang lebih
profesional dan masyarakatnya lebih memiliki kompleksitas kebutuhan dan
kepentingan ”.
Sedangkan dilihat dari segi fisiknya, definisi
kota bisa dilihat dari segi lain. Dalam hal ini, beberapa ahli berpendapat
definisi kota jika dilihat dari segi fisiknya, menurut Menno dan Mustamin
(1994:24), kota adalah suatu pemukiman yang mempunyai bangunan-bangunan
perumahan yang berjarak relatif rapat dan mempunyai sarana-sarana dan
prasarana-prasarana serta fasilitas-fasilitas yang memadai guna memenuhi
kebutuhan-kebutuhan penduduknya.
Selain dari segi fisik, Menno dan
Mustamin (1994:25) berpendapat, bahwa suatu daerah dikatakan kota dapat dilihat
dari segi sosiologisnya. Daerah yang dikatakan sebagai kota haruslah mencakup
struktur sosial dan pola-pola psikologis dan perilaku dengan mempostulatkan
bahwa masyarakat Kota adalah berbeda dengan masyarakat Desa.
Dari
beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Kota adalah sebuah daerah
atau tempat permukiman penduduk dan kegiatan-kegiatan yang mendukungnya serta
dapat diklasifikasikan kepada hal-hal yang diperlukan, misalnya; demografi,
tata ruang, nilai historis, budaya, ekonomi, dan lain-lain
1.
Kota Binjai
Kata
“Binjai” berasal dari bahasa Karo yaitu
“ben nje” yang artinya sudah sore.” Kata itu sering diucapkan
oleh orang-orang karo yang sering duduk atau beristirahat di bawah pohon
seperti embacang yang berada daerah pinggiran sungai Bingai. Hal ini diperjelas
dengan mata pencaharian masyarakatnya sebagai pedagang dan nelayan. Karena
begitu seringnya kata “ben nje”
diucapkan sehingga pohon embacang itu dinamakan pohon “ben nje” atau “Binjai”. Penjelasan
Kota Binjai dijelaskan lebih lanjut oleh Dedi (2012:41), yaitu;
“
Dalam buku Mission to The Eastcoast
of sumatera-Edinbung 1826, karya Jhon Anderson pada tahun 1823 Gubenur Inggris
yang berkedudukan di Pulau Penang telah mengutus John Anderson untuk pergi ke
pesisir Sumatera timur dan dari catatannya di sebutkan sebuah kampung yang
bernama Ba Bingai. Selanjutnya,
masyarakat yang berada disekitar ba
bingai itu mengadakan acara adat untuk membuka ataupun meresmikan sebuah
kampung yang bernama ben nje. Seiring
perubahan waktu dan dialeg hingga saat ini kata ben nje berubah menjadi Binjai ”.
Kota Binjai sendiri
berasal dari sebuah kampung kecil yang
terletak di pinggir Sungai Bingai, kira-kira di Kelurahan Pekan Binjai
sekarang. Upacara adat dalam rangka pembukaan Kampung tersebut diadakan di
bawah sebatang pohon Binjai
(Mangifera caesia) yang rindang yang batangnya amat besar, tumbuh kokoh
di pinggir Sungai Bingai yang bermuara ke Sungai Wampu,
Di sekitar pohon Binjai yang besar itulah kemudian dibangun beberapa rumah yang
lama-kelamaan menjadi besar dan luas yang akhirnya berkembang menjadi bandar
atau pelabuhan yang ramai didatangi oleh tongkang-tongkang yang datang dari Stabat,
Tanjung Pura
dan juga dari Selat Malaka.
Sebenarnya
sejak tahun 1822, Binjai telah di jadikan bandar atau pelabuhan dimana hasil
pertanian lada yang diekspor adalah berasal dari perkebunan lada di sekitar
ketapangai (pungai) atau Kelurahan kebun Lada atau Damai. Hingga pada tahun
1864 Daerah Deli telah dicoba ditanami tembakau oleh pioner Belanda bernama J. Nienhuys dan 1866 didirikan Deli
Maatschappij. Pada tahun 1917 oleh pemerintah belanda di keluarkan Instelling
Ordonantie No.12 dimana binjai di jadikan Gemeente dengan luas 267 Ha. Soedewo
(2010:37) menjelaskan tentang Binjai sebagai Kota Gemeente, yaitu:
“Binjai adalah Kotapraja (Gemeente) yang dikelola
langsung oleh pemerintah kolonial. Pemerintah kolonial mengangkat seorang
walikota (bugermeester) untuk jangka waktu tertentu sebagai pelaksana
pemerintahan dan juga menetapkan dewan kota (stadgemeente) sebagai badan
legislatif yang menjadi representasi warga Kota. Hak dan wewenang pemerintahan
kotapraja pada masa kolonial diatur oleh ketentuan mengenai
rechtsterksbestuurgebeid atau daerah yang diatur secara langsung”
Pada
tahun 1942-1945 Binjai berada di bawah pemerintahan jepang dengan kepala
pemerintahannya adalah kagujawa dengan sebutan guserbu. Sekitar tahun 1944-1945
pemerintahan Kota Binjai dipimpin oleh Ketua Dewan Eksekutif yang bernama
J.Runnabi dengan anggota Dr. RM Djoelham, Natangsa Sembiring, dan Tan Hong Poh.
Selanjutnya pada masa kemerdekaan Binjai mengalami revolusi sosial dimana
kesulatanan langkat yang berada di binjai dihancurkan. Tahun 1950-1956 Binjai
menjadi kota Administratif kabupaten Langkat dan sebagai wali kota adalah OK
Salamuddin kemudian T.Ubaidullah Tahun 1953-1956. Pada Tahun 1956 kota Binjai
menjadi daerah otonom dengan wali kota pertama SS.Parumuhan. Dalam perkembangan
nya kota binjai sebagai salah satu daerah tingkat II di propinsi sumatera utara
melakukan pemekaran wilayah. Semenjak ditetapkan peraturan pemerintah No.10
Tahun 1986 wilayah kota daerah kota Binjai telah di perluas menjadi 90,23 Km
dengan 5 wilayah kecamatan yang terdiri dari 11 desa dan 11 kelurahan.
Saat ini, Binjai adalah salah satu kota (dahulu daerah
tingkat II berstatus kotamadya) dalam wilayah provinsi Sumatera
Utara. Kota Binjai secara historis, Binjai terletak diantara kesultanan
Deli dan kesultanan Langkat sebagai dua kesultanan besar di Sumatera Timur.
Sebelum berstatus kotamadya, Binjai adalah ibukota Kabupaten Langkat
yang kemudian dipindahkan ke Stabat. Selanjutnya, didasarkan pada perjuangan Datuk Sunggal
melawan Belanda di Timbang langkat yang diawali sikap tidak setuju datuk
sunggal terhadap penyerahan kensensi tanah terhadap belanda di timbang langkat
maka Hari jadi Kota Binjai adalah 17 Mei 1872. Kejelasan historis tentang ulang
tahun Kota Binjai sampai saat ini masih dipertanyakan dan perlu dilakukan
penelitian untuk mendapatkan gambaran jelas tentang sejarah Kota Binjai secara
keseluruhan.
Komentar
Posting Komentar