Sejarah terbentuknya Pekan Kuala



“Tulisan ini dikutip dari skripsi sarjana Ellanda Fitri pada tahun 2016 dengan judul “ Sejarah Perkembangan Pemukiman di Desa Pekan Kuala, Kecamatan Kuala, Kabupaten Langkat”

Pekan Kuala merupakan sebuah kelurahan/desa yang terletak di Kecamatan Kuala, Kabupaten Langkat. Pemukiman ini dikenal sudah lama keberadaannya dengan masyarakat yang multikultural.  Diperkirakan kampung ini telah ada sejak tahun 1800-an yang dibuktikan dengan adanya sebuah makam tua yang dikeramatkan. Dari hasil wawancara dengan Juru Kunci makam tersebut, Bapak Ahmad (wawancara pada 9 Juni 2016), makam ini adalah makam Tengku Lareh, yang merupakan seorang raja Rao yang berkunjung ke kediaman keluarganya di Kuala. Belum sampai 1 Tahun berada di Kuala. Belum sampai 1 Tahun berada di Kuala ia mengalami sakit perut, dan akhirnya meninggal pada tahun 1827 di usia 90-an. Dikarenakan transportasi yang belum memadai, akhirnya ia dimakamkan di Pekan Kuala. Selain makam Tengku Lareh, terdapat juga makam orang Tamil yang diperkirakan sudah ada sejak tahun 1800-an, akan tetapi tidak diketahui nama makam dan keterangannya.

Sementara itu, Pemukiman awal di Kuala dibuka oleh orang Karo yang di sebut kampung-kampung (Kuta). Hal ini seperti yang dijelaskan dalam Sinar (2006:39):
“Jika suatu kelompok orang meninggalkan kampung mereka didataran tinggi untuk berdiam di Dusun, maka disana mereka mendirikan sebuah kampung yang dinamakan “Kuta”, suatu ketatanegaraan yang asli merupakan kesatuan dari Orang Karo. Kepala kampung ini menjadi orang yang terutama diantara para kolonis-kolonis (merga Tawak) terutama lagi mereka yang ada hubungan paling rapat dengan Kepala Kampung di Kampung Induk Asal (Perbapaan). Juga bisa terjadi, bahwa dua orang atau lebih dari merga yang berlainan ataupun merga yang sama, bersama-sama mendirikkan sebuah Kampung.”

Dari hasil wawancara peneliti dengan Hasan Sitepu (wawancara pada 6 Juni 2016),  Perkampungan awal di Kuala pertama kali dibuka oleh orang Karo yang disebut Penghulu Kampung. Menurutnya, Penghulu Kampung adalah orang yang pertama kali mendatangi suatu wilayah yang belum berpenghuni. Beliau membuka kampung atau pemukiman dengan disaksikan oleh beberapa orang. Kampung yang paling tua di Kuala adalah Kampung Asam Kumbang, Kampung Kuala, dan Pekan Kuala. Ia melanjutkan bahwa orang-orang Karo yang datang ke Kuala merupakan mereka yang berasal dari gunung. Mereka mengarungi aliran sungai wampu  dengan sebuah rakit hingga sampailah di Bahorok, lalu ke Salapian, hingga  Kuala. Hal ini juga dijelaskan dalam Arifin (2009:2), yaitu :
“Suku/etnis Karo datang ke Langkat menuruni gunung dan menyusuri Sungai untuk mencari penghidupan baru, sebagian besar dari mereka mendiami dataran tinggi wilayah langkat khususnya di Langkat Hulu. Diperkirakan pada abad ke 17, rombongan pertama etnis karo ini datang ke Langkat mendiami Tanjung Langkat dan sekitar kecamatan Salapian, rombongan imigran kedua dari Karo ini menduduki tanah Langat bersifat sementara di suatu wilayah dan akan pindah menetap di tempat lain, namun mereka terus menetap di wilayah ini sehingga desa tersebut bernama desa Sampe Raya (artinya, menduduki tanah cangkar sampai lebaran hari raya). Beberapa tahun kemudian rombongan imigran ketiga dari tanah Karo kembali datang ke tanah Langkat dan mereka menetap di sekitar Kecamatan Sungai Bingai”

Selanjutnya, dari hasil wawancara peneliti  dengan Bapak Fakhrudin (wawancara pada 3 Februari 2016), wilayah ini dinamakan Kuala karena dikelilingi oleh 3 Sungai yaitu Sungai Tembo, Sungai Gumit dan Sungai Penjara. Sedangkan nama Pekan Kuala muncul karena dulunya wilayah ini menjadi tempat berkumpulnya para pedagang pada waktu tertentu baik dari Salapian maupun Selesai pada hari gajian kuli perkebunan. Menurut Bapak Irwan (wawancara pada 6 Juni 2016), wilayah ini dinamakan Kuala dikarenakan pertemuan antara 2 muara sungai yaitu Sungai Tembo (sungai yang saat ini tepat berada di wilayah pasar Pekan Kuala) dan Sungai Gumit (sungai sebelum pasar Pekan Kuala). Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa wilayah ini dinamakan Kuala dikarenakan adanya pertemuan Sungai Tembo, Sungai Gumit, dan Sungai Penjara, namun seiring perkembangan zaman dan meningkatnya jumlah pemukiman penduduk di daerah pinggiran sungai Penjara  menyebabkan sungai semakin kecil, dan diketahui sungai-sungai di wilayah Kuala ini bermuara ke Sungai Wampu.

Dari penjelasan-penjelasan di atas maka dapatlah disimpulkan bahwa perkampungan/pemukiman awal di Kuala dibuka oleh Suku Karo yang datang dari Tanah Karo dengan menuruni gunung dan berlayar di Sungai Tembo dan Gumit hingga mereka sampai di Langkat Hulu, membuat pemukiman, hingga akhirnya tumbuh dan berkembang menjadi Suku Mayoritas di Langkat Hulu, khusunya Kuala.
-- Sutan Imam Uluan --

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nilai Historis Tentang Peninggalan Sejarah Sebagai Cagar Budaya di Kota Binjai

Cerita Tentang Pinus.

Sebait Kisah Tentang Ayah(ku).