Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2018

20:18

Gambar
Sebelumnya, malam tak pernah sedingin ini. Seolah semua teriakan sukacita berganti dengan semilir angin. Damai memeluk akhir tahun yang bertebar duka dan tragedi. Doa - doa kemuliaan berkumandang di seluruh penjuru negeri. Memohon perlindungan, jauh dari bencana yang memporak - porandakan negeri. Sumatera - Jawa - Nusa Tenggara - Sulawesi dan daerah lain yang sama mengalami. Saat semua yang bernyawa tiada, karena bencana dan tragedi. Malam tak pernah sedingin ini, saat semua hegemoni sirna, diganti kesendirian. Dan kepada malam pula, aku menulis kenyataan. Bukan tentang mengenang senja, atau meramal fajar. Tetapi, tentang aku; yang mencintaimu dalam diam. ------------------------------------------------------- ------ Hara hening. Dilihat jam di dinding kamarnya menunjukkan angka 20:18. Sama percis dengan angka tahun di kalender handphonenya. Semenjak mengabdi bagi negeri, ragam berita dan informasi hanya bisa diikutinya dari layar handphone tersebut. Syukurnya jari...

Dear; Mamak.

Gambar
Pagi itu, aku pulang ke rumah. setelah beberapa jarak terpisah denganmu. Rindu itu pasti, namun menikmati masakanmu adalah hal yang paling kutunggu. Kau peluk aku ketika "assalamualaikum" terdengar di telingamu. bergegas kau beranjak dari dapur tempat biasa kau bercengkrama dengan waktu. Bulir air matamu jatuh, kau tarik tanganku ke ruang tulisku. "Gimana kabarmu? Sehat?" "Sudah makan?" itu kata - kata pertama yang kau ucap. "Sehat mak", jawabku seadanya sambil melihat buku - buku yang bersih dan tersusun rapi, "Tiap hari mamak bersihkan, biar tidak jadi jelek dan rusak. Kadang di baca ayahmu juga." ahh!! iyakah? aku hanya berlalu senyum beranjak ke kamar dan tidur. ku utak atik handphone seadanya sampai berlalu ke peraduan mimpi. Tiba - tiba aku dibangunkannya, "makan... itu ada ikan teri dan kangkung rebus". --------------------------------------------------------------------------------- Itulah Ibu...

Untukmu Disisi Dermaga,

Gambar
Sebuah catatan....... Dingin ini malam kasih, menemani sendiriku menanti pagi. Ia selimuti gaduhku perihal kesal di waktu kemarin. Sedang aku terus memaki ruang semu yang ku cipta diatas ego. Aku baru saja kehilangan tawa tatkala perjuanganmu usai. Pun halnya dengan senja yang selalu kau sapa dalam ribuan tanya di aplikasi dunia maya. Apa kamu mendengar aku punya suara? Fajarku tak lagi semanja biasa. Memotong mimpiku untuk menyuruhku bekerja. Fajarku kini adalah nostalgia. Menjadi malam yang membawa lelap hingga senja.  Apa kamu mendengar aku punya suara? Gaduhku dengan nalar menjadi keseharian yang biasa. Tatkala malam aku beranjak mencari segelas kopi untuk menetralisir kecewa. Sudah lama memang, tak ku sentuh cokelat panas yang selalu kamu analogikan dengan hidup dan cita - cita. Semua abstrak perkara dunia dan cinta. Sengaja ku coret sedikit berandaku dengan analogi yang selalu kamu nyatakan dengan prosa. Bahwa berlabuh adalah menepi dari segala riuh dan...

Jarak

Gambar
Karena beberapa alasan, senja tak selalu memerah. Seperti halnya cinta yang tak selalu istimewa. Pun sebuah pengharapan yang kadang tak berpihak kepada hati yang habis dibunuh rindu. Dan kamu tahu? Jauh itu bukan antara sumatera dan jawa. Melainkan kita yang setiap hari bersua, berbagi cerita, namun tak saling sapa. Kita cuma ciptakan garis semu yang aku sebut "jarak". ------------------------------------------------------------------- Tentang sebuah jarak. Tentang rindu yang kau rasakan kepada jejak bersama cinta. Sebuah komitmen rupanya tak cukup mendekatkan jarak. Apalagi ketika harapmu untuk bersanding sebagai istri perwira TNI belum tentu nyata. Kau tahu, menuliskan apapun tentang sebuah tujuan itu benar. Namun, kebenaran akan terwujud jika sudah dilakukan. Dan jarak jadi alasan dari segala kebenaran itu. Dia menciptakan ruang rindunya sendiri. Dia Memberikan kesendirian dan kesepian kepadamu yang tengah berharap dan menunggu. Kini aku me...

YURA PRAMESWARI (3)

Gambar
Jangan menunggu apapun, dan jangan berharap memiliki apapun. Sebab yang hadir akan pergi, yang ada akan hilang. Karena semua hal yang hidup pasti mati. Karena semua bentuk akan berubah. Karena yang menang adalah ia yang mampu mengalahkan kenangan yang terus mengikuti langkah hidupnya. ---------------------------------------------------------------- Yura, Aku sekarang mencintaimu. Dalam begitu banyak makna yang tersirat. Namun, bukan untuk sesuatu yang ingin ku miliki. Melainkan untuk sesuatu yang tuhan inginkan tentang kita. Jadi, jangan salah paham lagi. Bukankah selama ini kita hanya bersinergi dalam imajinasi? Untuk apa kemudian semua halusinasi ini dianggap nyata. Biarlah fiksi tetap menjadi fiksi yang akan abadi dalam lembaran indah dan penuh cinta. Bagiku, itu sudah cukup untuk menginterpretasi kehadiranmu dalam hidup. Jadi izinkan ku tutup cerita tentangmu, biar tuhan yang menyelesaikannya kemudian. Yur? Aku pernah sepah. Dianggap sampah. Di hempas ge...