20:18
Sebelumnya, malam tak pernah sedingin ini. Seolah semua teriakan sukacita berganti dengan semilir angin. Damai memeluk akhir tahun yang bertebar duka dan tragedi. Doa - doa kemuliaan berkumandang di seluruh penjuru negeri. Memohon perlindungan, jauh dari bencana yang memporak - porandakan negeri. Sumatera - Jawa - Nusa Tenggara - Sulawesi dan daerah lain yang sama mengalami. Saat semua yang bernyawa tiada, karena bencana dan tragedi.
Malam tak pernah sedingin ini, saat semua hegemoni sirna, diganti kesendirian. Dan kepada malam pula, aku menulis kenyataan. Bukan tentang mengenang senja, atau meramal fajar. Tetapi, tentang aku; yang mencintaimu dalam diam.
-------------------------------------------------------------
Hara hening. Dilihat jam di dinding kamarnya menunjukkan angka 20:18. Sama percis dengan angka tahun di kalender handphonenya. Semenjak mengabdi bagi negeri, ragam berita dan informasi hanya bisa diikutinya dari layar handphone tersebut. Syukurnya jaringan masih didapat walau setitik. Kadang datang, kadang hilang.
Keterbatasan di daerah terluar Indonesia memang banyak mengajarkan kesederhanaan dan kesabaran. Kesendirian memberi ruang baginya untuk memahami alam lebih banyak. Haradi beranjak ke meja tulis. Diambilnya catatan harian dan pena cair yang diberikan yura kepadanya. Ia menulis catatan akhir tahun dengan angka 20:18;
" Yura, apa kabar kamu di Medan? Gimana kabar museum disana? Aku lihat sekarang sudah mulai ramai. Aku senang melihatnya dari sini. Oh iya, kamu masih sering main ke museum? Kalau nanti kamu kesana, tolong bilang sama ibu, agar dibuat pameran kontemporer dan diskusi edukasi seputar kebencanaan di negeri ini. Masyarakat harus diberikan informasi lebih tentang sikap dan tindakan menghadapi becana.
Aku sedih melihat berbagai peristiwa yang baru saja terjadi. Aku ingin sekali kesana, terlibat langsung dan melakukan apapun yang aku bisa. Tapi, akupun sedang jauh. Eem... Aku cuma berharap kamu turun aksi. Cuma, jangan semua ditekankan kepada penggalangan dana. Sebab, yang dibutuhkan para korban bukan cuma materiil, tetapi juga moril. Aku tunggu kabar baiknya ya...
Yura, lihat apa yang terjadi pada Seventeen. Aku terharu sekaligus berduka. Kisah perjalanan sebuah Band dengan persahabatan 20 tahun lamanya berhenti dan terpisah karena kehendak yang kuasa. Mereka meninggalkan karya yang abadi, dan terus bisa di nikmati oleh jutaan telinga manusia. Sedang kita?
Kita masih tergelitik untuk menjamah dunia yang begitu fana. Seringkali kita lupa bersyukur, memulai dari hal kecil secara bersama. Melunturkan ego dan keserakahan. Kita sering lupa, bahwa karya itu akan tetap abadi, sekalipun kita telah pergi dan mati.
Yura, saat melihat berita tentang alm. Dhylan Sahara, aku begitu emosional tentang cinta. Aku jadi belajar, bahwa cinta sepantasnya menjadi sumber kehidupan bagi manusia. Sekalipun cinta itu hanya ia miliki sendiri. Aku jadi tak begitu berharap padamu, karena dengan kesendirian inipun. Aku bersyukur; Tuhan masih menjaga hatiku untuk mencintaimu. Dan menuliskan kisah cintaku padanya.
Pada akhirnya, Aku tidak berharap pada siapapun dan apapun. Aku cukup tenang sekarang. Biar kujalani apa yang tuhan kehendaki tentang aku di tahun yang dinanti.
Yura, terima kasih sudah pernah hadir disampingku. Jadi rekan terbaik dalam menuliskan impian. Semoga kau benar; bahwa berjuang tanpa disertai harap itu akan lebih indah dan bermakna"
-------------------------------------------------------------------
Hara berlalu dalam sebuah foto terakhirnya bersama Yura. Rindunya bergemuruh kepada gadis yang dicintainya dalam diam itu. Namun ia hanya bisa berdoa, bila nanti bertemu kembali. Senyum Yura tidak berubah, dan terus memberi inspirasi.
Hara memang sedang berada di kolong negeri. Mencari kembali jejak langkah dan arah cita yang kemarin entah kemana pergi. Ia ingin terus menginspirasi walau suara tak selembut bahasa yang ia tulis.
Hara hanya tahu, bahwa ia harus terus bersujud kepada Tuhan. Karena yang baik tak harus selalu jadi terbaik. Bahwa menjadi guru adalah soal keteladanan; bukan keegoisan dan kesombongan.
Hara paham, seberapa banyakpun yang tak suka padanya. Masih ada 3 perempuan yang akan tersenyum tulus padanya. Ibunya, Yura, dan Mantan pacarnya.
Harasian Mulana
Cokelatpanas.est
Komentar
Posting Komentar