Dear; Mamak.



Pagi itu, aku pulang ke rumah. setelah beberapa jarak terpisah denganmu. Rindu itu pasti, namun menikmati masakanmu adalah hal yang paling kutunggu. Kau peluk aku ketika "assalamualaikum" terdengar di telingamu. bergegas kau beranjak dari dapur tempat biasa kau bercengkrama dengan waktu. Bulir air matamu jatuh, kau tarik tanganku ke ruang tulisku.

"Gimana kabarmu? Sehat?"
"Sudah makan?" itu kata - kata pertama yang kau ucap.
"Sehat mak", jawabku seadanya sambil melihat buku - buku yang bersih dan tersusun rapi,
"Tiap hari mamak bersihkan, biar tidak jadi jelek dan rusak. Kadang di baca ayahmu juga." ahh!! iyakah? aku hanya berlalu senyum beranjak ke kamar dan tidur. ku utak atik handphone seadanya sampai berlalu ke peraduan mimpi.

Tiba - tiba aku dibangunkannya, "makan... itu ada ikan teri dan kangkung rebus".
---------------------------------------------------------------------------------

Itulah Ibu, yang tak pernah lupa memasak sambal ikan teri dan kangkung rebus ketika aku kembali ke rumah. Seorang yang tak pernah lupa membersihkan rak buku agar tetap layak digunakan. Meja tulis yang tak pernah berpindah. kamar tidur dengan seprei Liverpool yang mungkin tak pernah diganti. Katanya pernah, "biar kau selalu ingat pulang, kalau buku dan kamarmu tidak berubah"

Mungkin benar begitu, sesuatu yang berubah pada akhirnya akan menjadi pembeda dalam langkah menapak. ataupun memilih untuk kembali kerumah. bisa saja, beberapa alasan terlontar dari mulut atau fikiran yang berputar - putar di kepala. dengan begitu, tidak berubah adalah tetap ingat kemana arah langkah, dan dimana rumah untuk pulang.

Pulang juga berarti kembali ke awal. mengumpulkan ikhlas, melepas lelah sedari berpetualang mencari dunia yang tak pernah benar - benar damai. Seringkali keegoisan menjadi senjata paling di minati demi sebuah ambisi, hegemoni, dan pujaan hati. Hingga akhirnya sadar, bahwa semua itu adalah kosong. Tidak ada satu halpun yang membuat bahagia selain membahagiakan orang tua dan pulang ke rumah.

"karena yang sebenarnya pembuktian itu adalah kepada orang tua dan orang - orang yang kita sayangi, bukan kepada orang lain. Atau orang lain yang mengaku - ngaku sayang kepada kita". jadi yang diperlukan adalah kesabaran dan keikhlasan, Menerima segala hal baik dan buruk. kurangi mendengar yang orang lain katakan, tapi teruslah lakukan apa yang bisa diberikan kepada orang lain, dengan hal yang positif tentunya. Jangan pula menyerah dan mengeluh, berjalan saja kepada tujuan yang sudah ditentukan. Tak perlu juga berlari, mengikuti segala benci dan ambisi. Nanti kamu lelah dan tidak akan pernah sampai ketujuanmu. Mungkin, karena akan mati karena keegoisan dan kesalahanmu sendiri."(Yura)

Malam beranjak larut, mamak masuk ke kamarku dan tiba - tiba berbicara; "kemana selanjutnya? sudah selesai semua urusanmu di luar sana? Jika sudah, mulailah berfikir untuk diri sendiri, terserah mau kemana. asal tetap sehat dan jangan lupa kepada tuhan. ingat umur juga, kapan lagi ada pendampingmu?" (lalu beranjak ia pergi)

Terima kasih mak, tak jua aku hilang begtiu saja. semua telah berakhir, tinggal menyelesaikan yang perlu di selesaikan. (jawabku berlalu dalam hening). Selamat hari Ibu, mak. untuk segala hal yang telah terlewatkan kepadamu. juga harapmu yang belum bisa terwujud.

22 desember 2018





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nilai Historis Tentang Peninggalan Sejarah Sebagai Cagar Budaya di Kota Binjai

Cerita Tentang Pinus.

Sebait Kisah Tentang Ayah(ku).