YURA PRAMESWARI (3)
Jangan menunggu apapun, dan jangan berharap memiliki apapun. Sebab yang hadir akan pergi, yang ada akan hilang. Karena semua hal yang hidup pasti mati. Karena semua bentuk akan berubah. Karena yang menang adalah ia yang mampu mengalahkan kenangan yang terus mengikuti langkah hidupnya.
----------------------------------------------------------------
Yura, Aku sekarang mencintaimu. Dalam begitu banyak makna yang tersirat. Namun, bukan untuk sesuatu yang ingin ku miliki. Melainkan untuk sesuatu yang tuhan inginkan tentang kita. Jadi, jangan salah paham lagi. Bukankah selama ini kita hanya bersinergi dalam imajinasi? Untuk apa kemudian semua halusinasi ini dianggap nyata.
Biarlah fiksi tetap menjadi fiksi yang akan abadi dalam lembaran indah dan penuh cinta. Bagiku, itu sudah cukup untuk menginterpretasi kehadiranmu dalam hidup. Jadi izinkan ku tutup cerita tentangmu, biar tuhan yang menyelesaikannya kemudian.
Yur? Aku pernah sepah. Dianggap sampah. Di hempas gelombang tatkala sampanku goyang. Aku pernah risau ketika malam gelap tak memberiku 1 bintangpun untuk sinarku menapak. Aku hanya terduduk di pelataran rindu. Ingin kembali, pulang kerumah tetapi tak tahu arah yang dituju.
Dan ini tentangmu... Yang menyuruhku untuk menuliskan akhir yang penuh makna. Jadi aku tulis disini saja, biar kamu juga bisa baca dibalik dunia maya;
" pada akhirnya aku memilih sebuah kacamata untuk kujadikan rumah. Agar aku tetap bisa melihat bayangmu yang meng-Indonesia. Aku titipkan adikku untuk tempatmu bertanya dan bercanda. Agar kamu tak kehilangan arah sedikitpun untuk terus berkarya. Maka, menjadi besarlah bersama adikku itu, lebih besar dari apa yang kuharapkan darimu".
Tak mengapa Yur, bukankah tujuan kita adalah untuk bahagia? Jadi teruslah melukis kebahagiaan itu bukan karena siapapun. Tetapi untuk siapapun. Cintailah aku dalam balutan karya bagi Indonesia. Dan kamu akan terus temukan bahwa aku hidup bersamamu selamanya.
Sedang aku? Setelah ini aku akan kembali pulang untuk mempertanggungjawabkan dosa - dosa yang pernah kulakukan dulu. Yang tak ada hubungannya denganmu. Andaipun jalannya berbeda, setidaknya aku tidak lari dari hutang dan janji yang merdeka diatas nalarku.
Aku pastikan, bahwa aku akan hadir di ruang - ruang pencipta regulasi dan pendidik regenerasi. Untuk memberitahumu, bahwa hidup bukan hanya tentang menunggu dan menjaga, tetapi harus di iringi komitmen dan kerjasama yang baik. Sebab sebuah rumah tidak akan hidup, tanpa sosok ibu didalamnya".
Maka, jadilah rumah, untuk aku kembali setelah terbunuh ataupun kalah. Karena denganmu aku tidak pernah benar - benar mati. Terima kasih, telah melestarikan aku sebagai warisan cagar budaya.
Haraji...
Komentar
Posting Komentar